Jakarta, Hubungan seks sesama pria tidak hanya dilakukan oleh kaum gay atau homoseks, melainkan juga oleh waria, biseks dan bahkan heteroseks. Diperkirakan, lebih dari 3 juta pria di Indonesia pernah melakukan hubungan seks dengan sesama jenis.
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gay, Waria dan Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki (GWL) INA, Tono Permana Muhamad mengatakan tidak ada angka pasti tentang perilaku lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki atau sering disingkat LSL.
Perilaku LSL yang paling banyak terdata hanya berasal dari kalangan waria karena lebih ekspresif dan mudah dikenali dari penampilan luarnya. Berbeda dengan gay yang umumnya berpenampilan sebagaimana layaknya pria dan cenderung tertutup soal identitas dan orientasi seksualnya.
Selain kedua kelompok tersebut, masih ada lagi kelompok berperilaku LSL yang sering terlupakan yakni heteroseks. LSL di kalangan heteroseks menurut Tono dilakukan sesekali saja, biasanya karena terpaksa misalnya di lingkungan yang ada pemisahan antara pria dan wanita.
“LSL terjadi juga di kalangan heteroseks misalnya di antara siswa yang tinggal di asrama, penghuni tahanan pria dan para pekerja offshore (lepas pantai),” ungkap Tono dalam diskusi temu media bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DKI Jakarta di Kafe Oranye, Citiwalk, Jakarta, Kamis (17/3/2011).
Berbeda dengan biseks yang memang menyukai pria maupun wanita sekaligus, LSL di kalangan heteroseks mungkin hanya dilakukan sekali seumur hidup. Selanjutnya, pria itu akan kembali ke orientasi seksualnya yang asli ketika berbaur di lingkungan yang ada wanitanya.
Tono menambahkan, secara teoretis 3 persen pria di seluruh dunia pernah berhubungan seks dengan sesama jenis. Di Indonesia sendiri ia memperkirakan lebih dari 3 juta pria yang berperilaku LSL, 800 ribu di antaranya berasal dari kalangan waria, gay dan biseks.
“Distribusinya paling banyak di Jakarta, yakni sekitar 60 ribu hingga 80 ribu orang. Kota besar memang sering jadi pelarian karena di daerahnya sendiri mereka terpinggirkan oleh lingkungan dan bahkan keluarganya,” tambah Tono.
Sementara itu untuk melindungi kaum LSL baik waria, gay maupun yang lain dari risiko penularanHuman Immunodeficiency Virus (HIV), KPA DKI bertekad untuk menghapus stigma dan diskriminasi, mulai dari lingkungan pusat-pusat layanan kesehatan.
“Pertengahan tahun 2011, kami akan mengadakan pelatihan tentang pendekatan khusus terhadap kaum LSL bagi tenaga kesehatan di 5 Puskesmas di Jakarta, yakni di Pejaten, Bendungan Hilir, Ciracas, Cengkareng, dan Koja,” ungkap sekretaris KPA DKI, Dra Hj Rohana Manggala M,Si.
sumber: detik.com