Agenda hari pertama program ALAF dimulai pada hari ini, Rabu 19 September 2012 di Sekretariat AFAO di King St, Newton.
Setelah perkenalan singkat dengan seluruh peserta, dilanjutkan dengan diskusi singkat tentang harapan-harapan peserta (sebelumnya kita telah dilakukan assessment singkat untuk mengetahui harapan kita sebagai peserta sehubungan dengan pelaksanaan program ALAF), dan sesi ini difasilitasi oleh Rob Lake selaku Executive Director AFAO. Dalam diskusi ini saya tidak lupa menyampaikan titipan Setia Perdana untuk bisa belajar dan mengetahui banyak tentang pengembangan dan pengelolaan kegiatan atau program intervensi yang ditujukan bagi Youth GWL di Australia.
Dilanjutkan dengan gambaran singkat terkait dengan pelaksanaan program MSM di Indonesia, baik yang saat ini tengah dilaksanakan oleh KPAN di 10 Provinsi dan 37 Kota/Kabupaten (atas dukungan pendanaan dari Ausaid), termasuk kegiatan ISEAN-Hivos GF R10 yang saat ini dilaksanakan oleh Jaringan Gaya Warna Lentera, termasuk peran Jaringan GWL-INA atas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan KPAN bagi komunitas GWL di Indonesia, dan dukungan dari layanan kesehatan dan stakeholder lainnya, dan sesi ini masih difasilitasi oleh Executive Director AFAO.
Setelah makan siang, agenda selanjutnya tentang “Understanding the Australian HIV Response – A Brief History of the Australian HIV Community Response & Coordinating Stakeholder input to national policy framework”. Sebagai narasumber dalam sesi ini adalah Simon Donohoe (Manager, AFAO Education), Linda Forbes (Manager, AFAO Policy and Communication), Sean Slavin (Assistant Director and Manager of Research Programs NAPWA, dan Edward Reis (International Division & Deputy CEO, ASHM).
Dari diskusi terakhir hari pertama ini, saya mendapatkan banyak hal dari pengalaman pemerintah Australia dan pihak-pihak terkait, ketika bersama-sama mengupayakan suatu strategi program dalam menangani dan merespon permasalahan akibat HIV khususnya bagi komunitas Gay dan MSM di Australia (untuk isu HIV di komunitas TG di Australia dianggap belum menjadi ancaman dibandingkan pada komunitas Gay dan MSM, karena prevalensi HIV di komunitas Waria Australia rendah).
Demikian sedikit pengalaman luar biasa yang bisa saya bagi hari ini, mungkin mas Mslamet Raharjo juga bisa menambahkan dengan berbagi cerita tentang apa yang diperoleh pada hari pertama kegiatan ALAF.
(oleh: Pipiet Laksmono)