MATARAM, KOMPAS.com — Penderita AIDS sampai Juni 2010 yang meninggal tercatat 31 orang di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.
“Sementara jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 169 kasus, dengan rincian, HIV sebanyak 74 kasus dan AIDS 65 kasus,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Mataram Margaretha Cephas kepada wartawan di Mataram, Kamis (8/7/2010).
Seusai mengikuti rapat pembentukan tim pemetaan kasus HIV/AIDS di lingkup Kantor Wali Kota Mataram, dia menjelaskan, selama ini penanganan kasus HIV/AIDS di Kota Mataram ditangani setelah kasus berada di hilir (puskesmas atau rumah sakit).
Untuk itu, pembentukan tim pemetaan ini akan melakukan penanganan mulai dari hulu, dan keberadaan tim pemetaan sangat diharapkan agar ada komitmen untuk mencegah HIV/AIDS dari hulu.
“Hasil pemetaan akan menjadi rekomendasi dalam menjalankan interferensi program ke depan,” katanya.
Populasi kunci yang harus didata adalah penderita risiko tinggi, dengan sasaran wanita pekerja seks (WPS), yang biasanya ada di rumah bordil dan jalanan. Selain itu, WPS tidak langsung yang berada di tempat hiburan, bar, dan bisnis.
“WPS tidak langsung sebenarnya memiliki pekerjaan, tapi WPS dijadikan sebagai kerja sampingan,” katanya.
Selain WPS, juga Pria Risti alias pria, yang kontak seks setidaknya satu kali tahun terakhir dengan WPS, juga menjadi sasaran pemetaan.
Begitu juga dengan pria dengan pria (gay), perlu di waspadai dan perlu dipetakan karena berdasarkan survei yang telah dilakukan KPA menyebutkan, terdapat sekitar 800 gay yang tersembunyi dari kalangan atas hingga kalangan bawah.
“Dalam rapat pembentukan tim pemetaan yang dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram I Ketut Lanie, lurah, camat serta beberapa dinas/instansi terkait, Margaretha sangat berharap camat lurah agar segera melaporkan ke KPA jika menemukan titik polulasi kunci sehingga bisa mencegah sedini mungkin,” katanya.
Sebelumnya Kabag Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumirat Dwiyanto mengatakan, secara keseluruhan NTB berada di urutan ke-30 dari 33 provinsi di Indonesia dalam penyalahgunaan narkoba dengan jumlah pencandu narkoba sebanyak 45.000 orang.
“Untuk itu dilakukan pengawasan lebih ketat lagi sehingga penyalahgunaan narkoba dapat ditekan lagi,” katanya.