Untuk bulan Oktober 2010, kegiatan seminar bulanan GN diisi dengan pemutaran film “Ngudal Piwulang Wandu” (Dalang Waria) di GNCC pada hari Senin 18 Oktober 2010. Pembicara yang ditampilkan adalah Kukuh Yudha Karnanta dari Universitas Airlangga Surabaya, yang sekaligus juga adalah pembuat dari film dokumenter tersebut. Kegiatan seminar ini diikuti oleh 19 orang peserta dari GN dan kawan-kawan stakeholder lainnya.
Film dokumenter “Ngudal Piwulang Wandu” yang berdurasai sekitar 15 menit ini menceritakan tentang kiprah seorang waria dalam melestarikan kesenian wayang kulit sebagai seorang dalang. Dalam film tersebut sang dalang waria yang bernama Soleh Saputra atau dikenal sebagai Nyi Suc ini menuturkan bahwa dia mulai menggeluti dunia perdalangan sejak masih kecil. Dan saat melakukan profesinya sebagai dalang wayang kulit, Soleh yang seorang waria ini tampil lengkap dengan kebaya dan konde khas wanita Jawa.
Usai pemutaran film yang dilanjutkan dengan sesi diskusi, Kukuh Yudha Karnanta menuturkan bahwa awalnya pembuatan film dokumenter tersebut adalah sekedar untuk kepentingan akademisi saja, di mana tema yang dipilih adalah kiprah anak muda dalam meneruskan kesenian tradisionil yang ada di Jawa Timur ini. Lewat perkenalannya dengan Zakiah, salah satu waria seniwati ludruk dari kelompok Ludruk Irama Budaya, maka dikenalkanlah dengan Sholeh salah satu seniwati ludruk yang juga punya kemampuan lain sebagai dalang. Dalam kurun waktu 2,5 tahun akhirnya film dokumenter ini dapat diselesaikan juga. Lamanya waktu ini diakibatkan untuk menunggu adanya pagelaran yang menampilkan kepiawaian Sholeh sebagai seorang dalang waria di beberapa tempat seperti Lumajang, Jember dan Banyuwangi.
Dari awalnya hanya sekedar untuk kepentingan akademisi saja, pada akhirnya kemudian tim kreatif pembuat film dokumenter benar-benar ingin memberikan apresiasi dan penghargaan yang nyata kepada Soleh, baik sebagai dalang maupun sebagai waria, misalnya dengan mengundangnya untuk tampil dalam pagelaran wayang kulit di Universitas Airlangga yang diliput oleh berbagai media cetak. Kabar terakhir menyebutkan bahwa ada kemungkinan Soleh akan tampil sebagai dalang di Suriname.
Melalui film dokumenter ini ingin ditunjukkan pada masyarakat bahwa masih ada banyak anak muda yang peduli dengan kesenian tardisionil yang menjadi salah satu aset budaya bangsa. Dan dalam melestarikan budaya bangsa ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, orientasi seksual maupun ekpresi gender mereka. Film ini sendiri saat diikutkan dalam salah satu festival film dokumenter di Indonesia berhasil menyabet juara favorit. (KB)
(sumber: website GAYa Nusantara)