Pada tanggal 2 Oktober 2011 kemarin mengawali seluruh rangkaian acara pernas AIDS ke 4 di Jogjakarta, telah dilaksanakan pertemuan komunitas yang dilaksanakan di Hotel Inna Garuda , Malioboro, Jogjakarta. Perlu diketahui, ini merupakan kali pertama forum komunitas dilaksanakan dalam sebuah PERNAS AIDS di Indonesia.
Forum komunitas ini diawali dengan acara pembukaan yang dibuka oleh Kanjeng Ratu Hemas. Acara pembukaan diawali dengan tarian tradisional Jogjakarta yang dengan luwesnya dipertunjukkan oleh teman-teman dari Ikatan Waria Yogya (IWAYO). Aci (IPPI) selaku Ketua Pelaksana memberikan laporannya dan Ibu Nafsiah lalu memberikan sambutan singkat dengan memperkenalkan komunitas-komunitas yang melaksanakan sesi forum kali ini diantaranya adalah forum gay, waria dan LSL lain (GWL). Kanjeng Ratu Hemas kemudian memberikan sambutan sekaligus membuka forum komunitas pada PERNAS AIDS ke 4 di Jogjakarta. Selanjutnya dilakukan pula pembukaan stand pameran di areal parkir Hotel Inna Garuda. Stand GWL telah dipercantik oleh teman-teman komunitas GWL dari Jogjakarta diantaranya PLU Satu Hati, Kebaya, Lembaga Vesta, IWAYO, PKBI DIY dan pesantren Waria.
Pada pukul 11.00 hingga pukul 13.00 forum komunitas GWL yang dihadiri oleh sekitar 130 orang dari seluruh Indonesia, dibuka oleh MC yaitu Benny dari Lembaga Vesta, dilanjutkan sambutan singkat dari Sekretariat Seknas GWL-INA sebagai koordinator pelaksana forum komunitas dan langsung menuju acara Pleno yang dimoderasi oleh Ryan Hutagalung dari Dewan Pengurus GWL-INA menampilkan 4 orang pembicara yaitu :
1. Nurholis Majid dari FHI 360 yang memaparkan hasil IBBS 2007 dan 2009, serta menjelaskan trend penularan HIV yang terus meningkat dikalangan GWL dalam 2 tahun dan dikhawatirkan akan terus meningkat hingga saat ini..
2. Dede Oetomo memaparkan mengenai pergerakan LGBT dan respon HIV. Pada pemaparannya dijelaskan pula bahwa GWL memiliki karakteristik yang luar biasa beragam sehingga program yang direncanakan dan dilaksanakan harus sesuai dengan karakteristik ini sehingga dapat berjalan efektif
3. Mitu M Prie memaparkan mengenai strategi komunikasi yang baru dengan pesan yang lebih positif sehingga mendorong komunitas terangkat harkat martabatnya dan juga memperkenalkan keberagaman seksualitas kepada masyarakat.
4. Rully Mallay memaparkan mengenai program penanggulangan HIV pada waria yang hingga saat ini banyak sekali menghadapi tantangan namun juga banyak peluang-peluang untuk meningkatkan cakupan dan kualitas program.
Setelah mendapatkan masukan-masukan yang berharga dari para pemapar, para peserta lalu makan siang untuk kemudian kembali ke dalam forum untuk berdiskusi kelompok. Diskusi kelompok ini di fasilitasi oleh Vera dari Gaya Nusantara, Iman dari Seknas, Slamet dari GESSANG, Adi Nugroho seorang Peneliti dan Tono dari Seknas.
Isu yang dibahas dalam forum GWL
• Pelanggaran HAM atas kelompok GWL yang berdampak kepada terhambatnya respon HIV yang komprehensif bagi GWL
• Kondisi layanan kesehatan seksual, VCT dan CST yang berkualitas dan bersahabat bagi GWL masih kurang dan belum optimal
• Faktor pemahaman dan pelaksanaan agama yang turut mendorong keberadaan kelompok GWL kedalam posisi yang lebih rentan terhadap penularan HIV
• Belum dilaksanakannya pelaksanaan program bagi GWL muda serta kelompok gay dan LSL yang tertutup untuk meningkatkan cakupan program
• Kurangnya penelitian tentang GWL terkait IMS san HIV serta pelibatan yang masih minim dari GWL dalam keseluruhan proses penelitian.
Setelah selama 1,5 jam berdiskusi dihasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk dijadikan deklarasi sebagai berikut yang nanti akan diperbaiki kata-katanya tanpa mengurangi substansi.
Rekomendasi-rekomendasi:
• Mendorong persamaan persepsi tentang gay, waria dan LSL lain mulai dari pemerintah, masyarakat dan kelompok GWL itu sendiri mengenai pemahaman seks, gender, seksualitas dan hak asazi manusia, dengan dikoordinasikan oleh KPAN
• Meningkatan kapasitas komunitas GWL mengenai pemahaman akan dasar-dasar Hukum dan HAM
• Adanya tindakan lebih lanjut dalam penanganan kasus GWL (tidak hanya mencatat / mendokumentasi)
• Peningkatan sistem koordinasi terkait isu-isu HIV dan AIDS dengan organisasi daerah yang terkait.
• Adanya kartu identitas resmi dari pemerintah (semacam KTP) yang berlaku di seluruh Indonesia
• Meningkatkan kualitas layanan kesehatan seksual yang memiliki pemahaman atas isu keberagaman seksualitas dan gender
• Mengubah isi pesan yang disampaikan menjadi lebih positif dan tidak mendiskriminasi sehingga timbul, kebutuhan, kebersamaan dan tidak saling diskriminasi di internal komunitas
• Peningkatan kualitas layanan dengan membuat jejaring yang kuat antara layanan dan organisasi komunitas
• Meningkatkan jumlah dan kualitas konselor dan MK sebaya, dengan memanfaatkan dana GF di kemenkes
• Meningkatkan pemahaman “treatmen as prevention” dan pemberdayaan positif pada layanan dan ODHA
• Perlakukan yang sama dan adil dan tidak diskriminatif terhadap semua pasien terutama pasien waria dan atau pasien miskin
• Pemberian sanksi dengan memberikan teguran kepada layanan yang berlaku diskriminasi
• Pendokumentasian perlakukan diskriminasi dan follow-up action
• Pendokumentasian layanan yang baik dan bersahabat untuk mendapatkan perhatian tambahan
• Sosialisasi tentang GWL terhadap Kelompok2 Agama
• Pendekatan dengan TOMA dan Kelompok agama yang moderat dan plural.
• Membuka Forum Diskusi dengan para TOMA dan kelompok agama seputar isu2 GWL
• Mendorong KPA untuk menjembatani pertemuan antara komunitas GWl dengan kelompok agama.
• Ada nota kesepahaman dengan pihak2 yg tergabung dalam kementrian agama RI sebagai leading sektor terhadap keberadaaan komunitas GWL dalam upaya penanggulangan HIV.
• Segera mendesakkan isu hak atas kesehatan seksual dan reproduksi serta pemahaman keberagaman gender ke dalam kurikulum sekolah sejak dini
• Memperkuat KDS Negative dan Peer Group di lingkungan remaja.
• Memberikan pemahaman kepada Kemenkominfo tentang GWL
• Mendesak Kemenkominfo untuk membuka akses selas-luasnya terhadap pemblokiran yang dilakukan terhadap segala sesuatu yang dianggap pornografi di media Internet terkait internet sebagai media advokasi dan kampanye yang dianggap efektif saat ini
• Melakukan assessment dan kajian ulang untuk menemukan dan mengidentifikasi tentang LSL Tertutup untuk menentukan kebutuhan cara pendekatan.
• Mendesak kepolisian untuk mempermudah dan memfasilitasi perijinan dan jaminan keamanan terkait kegiatan-kegiatan kampanye dan edukasi yang dilakukan GWL
• Kajian terhadap ekspektasi bentuk-bentuk layanan kesehatan yang akomodatif bagi komunitas GWL.
• Kajian faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi penggunaan kondom pada MSM, waria, dan kliennya di seluruh daerah
• Kajian pemahaman atas hak dan kewajiban mendapatkan layanan kesehatan pada komunitas GWL dan pihak penyedia layanan.
• Kajian tentang pola perilaku seksual berdasarkan karakteristik kelompok MSM dan waria (khususnya MSM muda, MSM tertutup, MSM daerah, MSM beranjak tua) beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
• Analisis korelasi program pemberdayaan sosial ekonomi terhadap perubahan perilaku seksual komunitas GWL.
• Kajian efektifitas produk-produk kebijakan (peraturan-peraturan daerah) terkait HIV/ AIDS terhadap keberhasilan program penanggulangan HIV AIDS di komunitas GWL.
• Optimalisasi surveilans penapisan IMS pada komunitas GWL secara periodik.
Forum Komunitas GWL ini selesai dilaksanakan pada pukul 16.00 dengan dibacakannya rekomendasi-rekomendasi hasil diskusi tadi. Rencananya akan dilanjutkan dengan pleno seluruh forum namun kelihatannya aksi Julia Perez di panggung hiburan telah menyeret para peserta ke panggung hiburan.
Pada pukul 7 hingga 9 malam, seluruh peserta mengikuti resepsi makan malam penerimaan di Kraton Jogjakarta dengan tuan rumah Sri Sultan sebagai Gubernur Jogjakarta.
(Dilaporkan oleh Tono Permana)