Larangan total di Inggris atas donor darah dari pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria dipertimbangkan untuk dicabut.
Pembatasan itu diterapkan pada tahun 1980-an untuk mencegah risiko kontaminasi HIV mengingat sebagian besar infeksi baru di Inggris bersumber dari hubungan antara sesama pria.
Bagaimanapun bukti-bukti medis yang dipaparkan pada sebuah panel pemerintah memperlihatkan bahwa larangan seperti itu tidak bisa lagi diterima.
Badan Penasehat Pemerintah untuk Keamanan Darah, Tissu dan Organ kini akan mengkaji larangan tersebut.
Bagaimanapun The Terrence Higgins Trust -sebuah lembaga sosial yang aktif dalam kesehatan seksual dan HIV- mengingatkan agar alasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan akhir harus didasarkan pada kesehatan masyarakat dan bukan diskriminasi.
“Kami yakin keputusan dalam keselamatan donor darah harus didasarkan pada fakta dan bukan lobi politik maupun memasukkannya pada isu keseimbangan,” tulis pernyataan lembaga itu.
Dalam pertemuan panel penasehat pemerintah Inggris pada bulan Januari tahun ini disebutkan bahwa bukti-bukti tentang larangan dua belas bulan sejak melakukan hubungan seksual bisa diterapkan bagi donor pria yang tidak melakukan hubungan seks oral maupun anal dengan sesama pria.
Selain itu akan dipertimbangkan pula apakah hubungan seksual itu menggunakan kondom maupun alat pelindung lain.
Pembatasan waktu
Sebelumnya sebuah lembaga kesehatan, the Royal College of Nursing, sudah melakukan pemungutan suara dengan keputusan mencabut larangan total tersebut.
Beberapa negara sudah memperlunak larangan donor dari pria homoseksual dengan didasarkan pada waktu hubungan sesama jenis yang terakhir dilakukan.
Dinas Darah Nasional Inggris selalu melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi lain dari setiap donor akan tetapi ada yang disebut dengan ‘periode jendela’ setelah infeksi yang membuat deteksi virus tidak memungkinkan.
Larangan total donor darah dari kaum pria homoseksual yang diberlakukan pada tahun 1980-an itu kini dipertanyakan berdasarkan alasan kesetaraan dan juga alasan medis.
Perkembangan teknologi kedokteran juga meningkatkan kemampuan uji darah sehingga mengurangi ‘periode jendela’ dan juga bisa mengurangi risiko kontaminasi.
Afrika Selatan, misalnya, sudah memberlakukan masa enam bulan dari hubungan seks terakhir dengan menyumbang darah. Di Austria, Swedia, dan Jepang, periodenya adalah satu tahun.
Penelitian yang diterbitkan akhir tahun lalu memperlihatkan tidak ada peningkatan infeksi HIV yang signifikan setelah perubahan peraturan di Australia.
(sumber: BBC)