Sabtu, 7 Agustus 2010 | 09:22 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta menilai kasus HIV/AIDS di provinsi ini cukup mengkhawatirkan karena rata-rata dalam satu bulan ditemukan 25 hingga 30 orang dengan HIV/AIDS.
“Pada akhir 2009, tercatat 899 pengidap HIV/AIDS dan hingga April 2010 telah menjadi 1.183 pengidap,” kata Humas KPA Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Dian Purnomo, Sabtu (7/8/2010).
Menurut dia, jumlah kasus tersebut terbagi dua, yakni mereka yang terinveksi dan pengidap HIV sebanyak 750 orang serta pengidap AIDS sebanyak 433 orang.
“Sampai dengan saat ini telah tercatat odha yang akhirnya meninggal mencapai 97 orang,” uacapnya.
Ia mengatakan, cepatnya perkembangan kasus HIV/AIDS tersebut lebih banyak akibat hubungan seksual tidak aman, seperti berganti-ganti pasangan, homoseksual, dan penggunaan jarum suntik untuk narkoba.
“Penggunaan jarum suntik untuk narkoba lainnya sangat tinggi pada 1990 sehingga menjelang 2010 penderita penyakit tersebut semakin tinggi karena masa inkubasi virus HIV berkisar 10 tahunan. Sedangkan pada 2010 pengidap HIV/AIDS cenderung disebabkan hubungan seksual yang tidak sehat,” paparnya.
Dian mengatakan, pengidap HIV kekebalan tubuh diserang sehingga sel darah putih turun hingga 350 CD4. Jika di bawah itu, sudah dikategorikan AIDS, sedangkan normalnya 500 hingga 1.600.
“Sampai saat ini memang belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS, namun melalui terapi yang dilakukan secara rutin, minimal memberi waktu tambah bertahan hidup bagi para pengidap,” ujarnya.
Ia mengatakan, selama ini para pengidap HIV/AIDS ada yang terbuka ada pula yang tertutup sehingga penanganan juga terkendala dari para pengidap.
“Pengobatan bagi odha ini gratis, tetapi memang para pengidap banyak yang tertutup sehingga menjadi kendala dalam penanganan, tetapi bagi yang terbuka justru sangat membatu mereka sendiri secara materi maupun psikis,” katanya.