Hari Sabtu 2 Oktober 2010 pukul 19.00-21.30 WIB, bertempat di The Library Cafe Gramedia Expo Surabaya, dilakukan seminar dan launching Jurnal Gandrung, jurnal kajian seksualitas kritis yang diterbitkan oleh GAYa NUSANTARA dan didukung oleh Hivos. Dalam peluncuran perdananya, ditandai dengan dibagikannya Jurnal Gandrung secara cuma-cuma kepada beberapa perwakilan komunitas yang diundang oleh pemimpin redaksi Soe Tjen Marching. Beberapa undangan antara lain perwakilan dari beberapa LSM, media massa, akademisi, keagamaan, komunitas LGBT dan populasi kunci lainnya.
Jurnal Gandrung sendiri diterbitkan untuk memberi wacana bagi kayanya aspek seksualitas manusia. Rencananya akan diterbitkan dua kali dalam setahun, dan dijual dengan harga Rp 35.000/eksemplar. Pada edisi perdananya, Jurnal Gandrung menampilkan tulisan-tulisan dari Siti Musdah Mulia, Soe Tjen Marching, Tom Boellstorff, Ahmad Zainul Hamdi serta ‘Ngerumpi’ bersama Dede Oetomo.
Usai launching Jurnal Gandrung, acara dilanjutkan dengan seminar yang menampilkan pembicara Prof. H. Muhadjir Darwin, Ph. D. dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dalam seminar yang dipandu oleh Dede Oetomo ini, Muhadjir Darwin awalnya memberikan komentar kuno, jadul dan gak sexy saat pertama kali melihat dipakainya kata Gandrung sebagai nama jurnal ini. Namun setelah diamati dengan seksama baik kover maupun materinya, dikatakan bahwa pemakaian kata Gandrung adalah sebuah pilihan yang cerdas, karena Gandrung menggambarkan seksualitas yang mempunyai makna historis dan kultural. Gandrung juga menggambarkan seksualitas sebagai suatu keindahan (seni), serta seksualitas sebagai kekayaan tubuh manusia yang harus diterima dan difungsikan sesuai hakekatnya, bukan dianggap sebagai sumber penyakit atau sumber malapetaka yang harus dimarginalkan, distigmatisasikan dan dikriminalkan.
Dalam pemaparan berikutnya dikatakan bahwa semua orang diciptakan sama dan memiliki hak alamiah (natural rights) yang tak dapat dilepaskan, seperti hak atas hidup, hak atas kemerdekaan, hak milik, hak beragama dan hak mengusahakan kebahagiaan. Dan negara harus menghormati, melindungi dan memenuhi hak semua rakyat apapun latar belakangnya, seperti agama, etnisitas, suku, kelas ekonomi, gender dan sebagainya.
Para pesertapun diberikan kesempatan untuk bertanya pada pembicara. Beberapa pertanyaan muncul seputar seksualitas dan agama, penggunaan kondom, hingga isyu rencana adanya wajib tes keperawanan pada siswi-siswi SMA. Termin tanya jawab dari seminar ini merupakan sesi terakhir dari seluruh rangkaian seminar dan launching Jurnal Gandrung yang berjalan dengan lancar dan sukses. (KB)
sumber: web GAYa Nusantara