Hasil dari IBBS tahun 2007 dan 2011 telah keluar, dan ada sebuah fenomena yang menarik minat dari Kemenkes terhadap hasil yang ada.
Selama ini alur dari penjangkauan kira-kira adalah sebagai berikut:
Dengan penjangkauan yang konsisten dan terus menerus, diharapkan akan ada perubahan-perubahan yang lebih baik, antara lain konsisten dalam menggunakan kondom dan kesadaran memeriksakan dirinya ke klinik untuk periksa kesehatan.
Dari hasil IBBS tahun 2011, Kota Malang menunjukkan angka yang paling kecil dibandingkan kota lainnya, walaupun sayangnya data untuk tahun 2007 tidak tersedia untuk kota Malang, sehingga kita tidak bisa menyimpulkan adanya kenaikan atau penurunan.
Hasil dari pemeriksaan Sipilis selama IBBS berlangsung juga menunjukkan Kota Malang sebagai daerah yang terendah.
Hasil dari wawancara dengan responden, Kota Malang juga menunjukkan pengetahuan komprehensive peserta yang lebih tinggi daripada daerah lainnya.
Menurut bincang-bincang dengan Saudara Muhammad Tohir, dari IGAMA Malang, bahwa hasil itu diperoleh karena kerjasama dengan team outreach mereka. Mereka senantiasa mencari terobosan untuk mendekati dampingan, agar proses outreach tidak menjadi monoton dan membosankan. Selain itu dukungan dari layanan kesehatan yang ramah terhadap komunitas GWL juga penting, agar komunitas nyaman mengaksesnya. Pertama-tama petugas outreach akan mengantarkan dampingan untuk mengakses layanan, namun kedepannya dampingan diharapkan agar bisa mandiri dan menjadi pembuka jalan bagi teman-temannya yang lain.
Tentunya masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa daerah lain berarti kurang berhasil dalam melakukan penjangkauan kepada komunitas, karena banyak faktor lain yang berpengaruh.
Hasil rekomendasi dari IBBS 2007-2011 dapat didownload disini.
Jika teman-teman mempunyai pendapat yang lain, dapat memberikan komentar di bawah artikel ini, karena masukan dari teman-teman semua sangat berarti untuk kemajuan program penanggulangan HIV dan AIDS di komunitas kita.
Deni