Tanggal 19 Agustus 2010 lalu, Kota Jakarta-Barat merupakan kota terakhir dari rangkaian Pembentukan Pokja GWL di 10 kota. Dari semua proses pembentukan pokja, ada pro maupun kontra; ada kota dimana KPA-nya merasa pesimis dengan Pokja GWL dan merasa takut tersaingi (entah dengan alasan apa?), ada KPA kota yang dipandang sangat lemah kinerjanya sehingga KPA propinsi siap mengambil alih pokja GWL di tingkat propinsi namun beberapa KPA ada juga yang sangat mendukung dan banyak memberikan bantuannya kepada komunitas GWL di kota tersebut. Ada kota yang para stakeholdernya merasa nama dan isu GWL akan sangat beresiko dikarenakan situasi politik yang ada masih kurang mendukung isu GWL dan masih banyak juga kota yang para stakeholdernya belum mempunyai pemahaman yang baik tentang GWL dan hubungannya dengan epidemin HIV. Ada kota yang komunitas GWL-nya bisa menunjukan sebuah persatuan dan kerja kordinasi yang baik diantara komunitas GWL dan berhasil meyakinkan stakeholder serta KPA akan pentingnya pokja GWL bagi program penanggulan HIV di kota tersebut dan masih banyak lagi hal-hal lainnya. Intinya, bahwa sekretariat Jaringan GWL-INA sangat mendukung sebuah sistem “BOTTOM-UP” karena sistem dari bawah ke atas ini biasanya sangat murni dari apa yang ada di lapangan dan dengan sistem seperti ini biasanya akan bisa menghasilkan sebuah hasil yang maksimal.
Kita ucapkan SELAMAT atas hasil apapun yang didapat di kegiatan pembentukan Pokja GWL di 10 Kota tahap awal SRAN GWL 2010 – 2014 karena hasil-hasil tersebut kita yakini adalah hasil yang terbaik bagi komunitas GWL. Sekali lagi kita ingin mengingatkan bahwa kegiatan ini adalah sebuah proses Tahap Awal dan sudah diputuskan bersama oleh kita semua bahwa didalam SRAN GWL 2010-2014 nantinya akan ada penambahan 10 kota lagi di tiap tahunnya.
“Setelah Pokja terbentuk, lalu….???” dan menurut saya jawaban atas pertanyaan tersebut hanya ada di TANGAN Kita sendiri karena kita yang mendapatkan dukungan atas program ini, jadi hanya kita-lah yang bisa menentukan mau kemana Pokja GWL yang sudah terbentuk ini dibawa.
Kalau dibuka SRAN GWL 2010 – 2014, dalam Strategy 1 disebutkan “Peningkatan aliansi yang baik diantara komunitas GWL”, lalu teringat postingan dari sebuah daerah yang tidak mau terlibat dalam Pokja GWL dan menurut Dewan Pengurus GWL bahwa keputusan tersebut sangat terburu-buru di ambil. Lalu saya berpikir bagaimana “sebuah Aliansi” diantara komunitas GWL bisa terjadi jika karena suatu hal kecil maka diambil sebuah keputusan dengan tidak mau lagi terlibat dalam sebuah program bagi komunitas GWL? Apalagi jika program tersebut adalah untuk kebaikan komunitas di GWL terhadap epidemi HIV. Apakah ini cerminan dari situasi komunitas kita? (mengingat komunitas kita dikatagorikan oleh masyarakat sebagai komunitas yang termarjinalkan). Kata orang “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, mungkin kata bijak ini harus selalu dikepala dan hati kita agar kita bisa tetap teguh dan kuat sehingga apapun yang kita kerjakan bersama-sama pasti akan menghasilkan hasil yang terbaik bagi komunitas GWL…. Namun saya mempunyai keyakinan kalau komunitas kita “BEDA & BISA” karena hal ini terbukti dari apa yang saya lihat di salah 1 kota yang saya kunjungi. Situasi di kota tersebut mempunyai beberapa anggota GWL-INA, dengan ke-arifan dan kesadaran dari para pemimpin serta anggota organisasi GWL di kota tersebut, mereka berhasil melakukan sebuah kerja kordinasi yang sangat bagus dan mereka juga berhasil menunjukan sebuah arti sebuah persatuan kepada stakeholder dan KPA pada saat pembentukan Pokja GWL disana. Jadi sekali lagi, saya merasa yakin bahwa “Komunitas kita BEDA dan komunitas kita BISA!!!”
Tanggal 18,19 dan 21 Agustus 2010, FGD komunikasi dilaksanakan dengan harapan dari FGD ini menghasilkan sebuah kampanye komunikasi yang inovatif, yang dapat disesuaikan dengan situasi yang ada saat ini pada komunitas dan yang akan bisa mengkampanyekan perubahan perilaku yang bisa mendukung program penanggulangan HIV bagi Komunitas GWL. Tanggal 18 Agustus 2010, CCM Indonesia memberikan Endorsement (Persetujuan) untuk proposal GWL dengan ISEAN sebagai multi-country proposal di GF-R10 dan tanggal 20 Agustus 2010 pukul 16.00 WIB file elektronik sebesar 75MB serta file hard-copy telah dikirimkan ke sekretariat Global Fund Di Geneva. Saya (Harry Prabowo, red.), Tono, Iman dan Mas Dede yang terlibat langsung dalam proses ini selama lebih dari 5 bulan merasakan sebuah perasaan puas, bangga dan bersyukur karena akhirnya kami berempat yang mewakili komunitas GWL se-indonesia berhasil menyelesaikan tugas untuk proposal Global Fund. Ini bukan dari sebuah akhir tapi ini adalah sebuah permulaan yang mengharuskan kita bekerja lebih keras lagi.
Saya mohon doa dari teman-teman semua untuk proposal Multi-country kita ke Global Fund sukses dan menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan kapasitas kita didalam menjalankan program penanggulangan HIV dan AIDS bagi komunitas GWL, semoga… amin
Dari beberapa kegiatan yang kita miliki saat ini dan juga kemungkinan yang ada kedepannya nanti menunjukan bahwa posisi saat ini dari Jaringan GWL-INA sangat baik, dimana saat ini kita mendapatkan dukungan, bimbingan dan perhatian baik dari tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional. Lalu saya jadi teringat lagi tentang postingan Slamet-Gessang yang bilang “…setelah ini, lalu…..”. Apakah kita sudah merasa puas dan stop sampai disini? apakah kita merasa sekaranglah saat yang tepat untuk bercerai-berai dikarenakan sebuah “EGO”? ataukah kita sudah seharusnya lebih meningkatkan rasa persatuan dengan menjunjung rasa arif, bijak dan ketulusan dalam kita bekerja agar dapat menghasilkan hasil yang terbaik bagi komunitas GWL?
(renungan oleh Harry Prabowo – Seknas GWL-INA)