Perayaan International Day Against Homophobia, Biphobia and Transphobia (IDAHOBIT)

Setiap tanggal 17 Mei seluruh dunia merayakan International Day Against Homophobia, Biphobia, Intersexism and Transphobia (IDAHOBIT) atau Hari Internasional melawan Homophobia, Bipobia Interseksfobia dan Transfobia, hari dimana seluruh dunia memperingati agar semua menjamin martabat setiap orang untuk bebas dari segala bentuk kebencian seperti kekerasan, diskriminasi dan pelecehan. Peringatan ini menjadi hal yang sangat penting mengingat persekusi dan diskriminasi yang masih sering dialami oleh LGBTIQ.

Dalam Laporan Situasi Minoritas Gender dan Seksual di Indonesia tahun 2022 yang dirilis oleh CRM menuliskan terjadi peningkatan kasus kekerasan yang dialami oleh kelompok LGBTIQ lebih dari dua kali lipat, dengan total 110 kasus masuk hingga akhir November 2022, sebagian besar kasus terjadi di Jawa Barat (19,1%) atau setara dengan 21 kasus; DKI Jakarta (18,2%) atau setara dengan 20 kasus; Sumatera Barat (15,5%) atau 17 kasus; Sumatera Utara (14,5%) atau 16 kasus; Sulawesi Selatan (10%) atau 11 kasus, dan Aceh (8,2%) setara dengan sembilan kasus. Berbagai provinsi lainnya turut menyumbang rata-rata dua atau tiga kasus.

Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah “Together Always: United in Diversity”, kegiatan ini akan dilaksanakan pada 25/5/2023 dengan mengundang beberapa anggota dari organisasi di Indonesia, melalui konsolidasi besar dengan organisasi-organisasi LGBTQ+ dari seluruh dunia, tema ini ditujukan untuk advokasi dan perayaan untuk para pembela hak asasi manusia. Hal ini juga sebagai simbol perayaan kemajuan yang telah dicapai dengan susah payah oleh komunitas LGBTQ+ di seluruh dunia, kekuatan solidaritas, aliansi dan komunitas lintas identitas dan gerakan menjadi semakin penting untuk merayakan keberagaman.

sesi bersama HatiPlong

Kesehatan mental menjadi salah satu isu penting yang didiskusikan dalam acara ini. dengan mengundang HatiPlong diharapkan para peserta mampu mendapatkan pengetahuan serta pemahaman baru mengenai isu ini mengingat sebagai kelompok yang rentan dapat dengan mudah mendapatkan berbagai bentuk kekerasan.