Hari Senin 30 Agustus 2010, GAYa NUSANTARA (GN) menyelenggarakan pertemuan dengan beberapa stakeholder dan mitra GN untuk mengevaluasi program kerja GN selama ini serta mendapatkan berbagai masukan guna menyusun rencana strategis pengembangan program kerja GN di masa yang akan datang. Pertemuan yang diselenggarakan di Hotel Narita Surabaya ini sekaligus juga untuk mensosialisasikan visi, misi dan program kerja GN kepada para stakeholder dan mitra GN. Beberapa stakeholder dan mitra GN yang hadir adalah KPAP Jawa Timur, KPA Kota Surabaya, Dinkes Kota Surabaya, Puskesmas Perak Timur Surabaya, Perwakos, Hotline Surabaya, Yayasan Media, Yayasan Genta, Yayasan Abdi Asih, Yayasan Orbit, Yakita, Yayasan Mitra Satya, EJA, JOTHI, Pusham Unair, JAMAK, Dipayoni, CMARs, GKI, Jaringan Islam Anti Diskriminasi, KONTRAS, LBH Surabaya, WSM, Gay Pariwara, serta perwakilan dari komunitas lesbian dan gay dari Pattaya, Texas dan Calfor.
Pertemuan yang didukung oleh ICOMP ini dibagi dalam dua isu strategis yaitu tentang kesehatan dan kesejahteraan seksual LGBT (pukul 13.00-15.00 WIB) serta tentang HAM LGBT (pukul 15.30-17.30 WIB). Di masing-masing isu tersebut, stakeholder dan mitra GN yang terlibat berbeda, di mana ada dua aktivitas yang dilakukan yaitu sosialisasi visi dan misi GN oleh Dede Oetomo serta FGD terkait isu-isu strategis tersebut yang dipandu oleh Ahmad Zainul Hamdi.
Dalam sosialisasi visi misi GN, Dede Oetomo meminta masukan-masukan guna penyempurnaan visi misi GN yang dibuat tahun 2004 lalu tersebut, mengingat ada beberapa hal yang sudah tidak relevan lagi untuk saat ini dan ke depannya. Beberapa usulan untuk visi GN adalah merevisi kalimat panjang yang sebenarnya merupakan pengulangan dari kata-kata sebelumnya yang mempunyai pengertian yang sama, juga untuk memasukkan kesetaraan dalam visi GN. Muncul juga beberapa pertanyaan: Kenapa di GN tidak ada atau hanya sedikit saja aktivis lesbiannya? Bagaimana ukuran keberhasilan kegiatan edutainment?
Untuk kegiatan FGD di masing-masing isu, fasilitator mengajak peserta untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang mereka diketahui pada negara, masyarakat, komunitas dan CSO. Lalu dari permasalahan-permasalahan yang ada tersebut, apa yang bisa dilakukan saat ini? Rangkuman dari hasil FGD tersebut adalah sebagai berikut:
1. Isu kesehatan dan kesejahteraan seksual LGBT.
– Permasalahan di negara: ada Perda namun tidak efektif; diskriminatif; pelayanan kesehatan masih kurang; korupsi; kasus IMS, HIV & AIDS tinggi.
– Permasalahan di masyarakat: pola pikir konservatif yang berujung pada diskriminasi; kesadaran tentang kesehatan masih rendah; kemiskinan.
– Permasalahan di komunitas: LGBT banyak yang belum selesai dengan dirinya sendiri; rendahnya kesadaran diri dalam berorganisasi maupun terhadap kesehatannya.
– Permasalahan di CSO: tergantung pada funding; kurangnya SDM; kerja CSO kurang optimal; jaringan yang ada masih kurang kuat.
– Hal-hal yang bisa dilakukan: advokasi kepada pembuat kebijakan, TOGA/TOMA dan pihak-pihak terkait; melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), adanya keterwakilan LGBT di parlemen dan pembuat kebijakan; peningkatan kesadaran diri terhadap identitas maupun kesehatannya; tidak funding oriented; selektif terhadap bantuan luar negeri; fundraising; perbaikan layanan kesehatan; pelibatan LGBT dalam semua kegiatan untuk LGBT; anti korupsi; pemberdayaan pendidikan masyarakat, termasuk isu kesehatan dan kesejahteraan seksual; penguatan jaringan; meningkatkan posisi tawar CSO pada negara.
2. Isu HAM LGBT.
– Permasalahan di negara: tidak mengakui LGBT; lemahnya jaminan HAM LGBT; kurangnya tempat LGBT di jabatan-jabatan pemerintah; regulasi HAM belum dipahami dan direalisasikan di lapangan.
– Permasalahan di masyarakat: tidak mengakui LGBT; cenderung menghakimi LGBT; masyarakat menerima kekerasan terhadap LGBT; phobia terhadap LGBT; memandang LGBT sebagai penyakit, tidak normal, berdosa dan rendah; mendistorsi HAM dengan agama; tidak ada dukungan kitab suci terhadap LGBT; media tidak sensitif, tidak akurat dan tidak friendly pada LGBT.
– Permasalahan di komunitas: ada gap (kurang solid) antar teman dalam komunitas; rendahnya keamanan dan kenyamanan dalam berkumpul; terjadi pelanggaran antar sesama LGBT; kurang terbuka pada komunitas lain; kurang atau ada wadah untuk LGBT.
– Permasalahan di CSO: jaringan lemah dan kerja antar CSO kurang sinergis; kurangnya pengetahuan CSO non LGBT tentang LGBT; kurang antisipatif terhadap pelanggaran HAM; CSO LGBT cenderung tertutup; lemahnya regenerasi.
– Hal-hal yang bisa dilakukan: memperkuat jaringan; membuktikan bahwa LGBT tidak seperti yang distigmakan; sosialisasi isu LGBT oleh non LGBT; sosialisasi LGBT oleh LGBT sendiri kepada non LGBT; pendidikan HAM untuk LGBT; meningkatkan kesadaran berorganisasi di komunitas LGBT; adanya dukungan pribadi tentang masalah keyakinan/keagamaan; komunitas LGBT lebih terbuka dan berkarya; capacity building untuk komunitas dan jaringan LGBT; bersinergi dengan pemerintah dalam pemenuhan HAM; membentuk wadah bagi LGBT; kaderisasi; pendidikan untuk orang tua; konterhegemoni terhadap tafsir patriarkhis oleh LGBT.
Seluruh hasil dari FGD tersebut nantinya tidak hanya menjadi masukan bagi GN saja, namun bisa juga digunakan oleh stakeholder dan mitra GN sesuai dengan kebutuhan mereka. Kegiatan diakhiri dengan berbuka puasa bersama. (KB)