Organisasi Waria Yogyakarta (OWAYO) mengadakan pertemuan yang diadakan secara rutin setiap 3 bulanan di ruang pertemuan PKBI Jogjakarta lantai dua. Acara yang berlangsung pada tanggal 31 januari 2011 ini di hadiri sekitar delapan puluh waria dari berbagai wilayah Yogyakarta. Acara ini mengagendakan tiga hal tentang kesejahteraan waria.
Salah satu agendanya membahas tentang kepengurusan kartu waria. Karena banyak waria yang tidak memiliki KTP, maka teman-teman waria jadi kartu ini sebagai identitas teman-teman waria. Dengan adanya kartu ini teman-teman yang terdaftar bisa mendapatkan pelayanan yang lebih mudah apabila ingin mengakses kesehatan.
Yang menjadi daya tarik dari kartu anggota waria ini nama yang dicantumkan adalah nama panggilan akrab mereka sebagai waria. Nama sebenarnya dicantumkan dalam formulir sebagai identitas untuk menghubungi keluarga atau orang terdekat jika ada waria yang meninggal atau jatuh sakit. “Selama ini banyak waria mati yang tidak diperdulikan dan dikuburkayak kucing,” ungkap ketua Iwayo, Mariani.
Disini terdapat diskusi yang membahas tentang kaitan organisasi Iwayo dengan organisasi waria lain yang berada di Jogjakarta seperti LSM kebaya dan komunitas waria lainnya. “Kenapa kita tidak seperti komunitas solo dan semarang yang bisa bersatu dengan kelompok gay dan waria. Ini adalah momentum untuk kebangkitan kelompok waria di Jogja”, Rully saat menanggapi diskusi yang difasilitasi oleh Angga dan Gama dari PKBI.
Selanjutnya mereka membahas strategi untuk melakukan audiensi dengan Satpol PP. Karena selama ini waria banyak yang di garuk oleh Satpol PP ketika ‘nyebong’ . Para waria berharap dengan adanya audiensi ini, kekerasan dan diskriminasi yang terjadi dapat diminimalisir.
(Diambil dari laporan Our Voice)
saya mahasiswi UGM jurusan ilmu komunikasi. sehubungan dengan tugas akhir kuliah, saya tetarik mengangkat tentang komunikasi antar kaum waria. Mohon izin dan konfirmasi. Teima kasih