Rapid Testing and Rapid Result Meeting merupakan pertemuan yang di gagas oleh USAID dan AIDSTAR-ONE. Acara di adakan di Conrad Hotel Bangkok dari tanggal 27-29 April 2011. Herman Varella mewakili Positive Rainbow menjadi peserta di acara tersebut.
Positive Rainbow diundang bersama 15 delegasi negara lainnya di Asia Pasifik. Setiap negara di wakili oleh tiga komponen pokok, mulai dari pengambil kebijakan, implementer di lapangan serta penguna rapid testing.
Acara selama tiga hari di fasilitasi dan di buka oleh Jim Sacco dari AIDSTAR-ONE. Selanjut nya wellcoming remarks dan meeting oleh Vincent Wong. Dalam sambutannya Technical Advisor HIV testing and counselling USAID tersebut menyebutkan bahwa tujuan pertemuan ini adalah untuk melihat apa yang menjadi hambatan selama ini dalam pengunaan Rapid Testing di masing-masing negara, baik dari sisi Kebijakan, kualitas dan keteraksesannya oleh komunitas penguna dan mencari solusi untuk scale-up rapid testing di masa datang.
Selanjut Cameron Wolf ( senior regional HIV/AIDS regional Asia ) memulai presentasi nya dengan kalimat ” Perpect is wrong to good”. Semua kebaikan merupakan hasil proses memperbaiki apa yang salah dari kegiatan sebelum nya. Rachel Baggeley dari HIV departement WHO Geneva, menyebutkan pada tahun terakhir di beberapa negara (tanpa menyebutkan negara nya ) mulai di lakukan “Self Test” yang bisa dan mungkin dilakukan sendiri oleh penguna setelah konseling. Self test menjadi perdebatan yang seru di sesi awal. Kualitas pengujian dan dan pendampingan serta monitoring hasil tes akan menjadi sulit untuk terukur jika di terapkan.
Selanjutnya beberapa ahli dari berbagai Organisasi mis: CDC dari China, technical asisstance WHO untuk Diagnostic and Laboratory Team dan lainnya berbicara berdasarkan angka-angka tentang keberhasilan Rapid tes dari sisi ketepatan. Pengunaan Algoritma dalam pengujian rapid tes secara serial dan ataupun paralel menghasilkan ketepatan 99,24 % untuk sensitivity, dan 100 persen hasil Positif atau negatif. Sesi selanjutanya beberapa negara mempresentasikan Rapid testing di negara masing-masing. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di banyak negara pengujian HIV dengan metode rapid testing hanya sebagai pengujian awal. Banyak Rumah sakit tidak hanya di Indonesia Mis: RSCM di jakarta atau di negara lain, melakukan tes Konfirmasi dengan Elisa atau western blot. Hal ini tentu saja merupakan hal yang mubazir, jika ditinjau dari sisi pasien.
Pengalaman Herman Varela di Positive rainbow, juga membuktikan hal yang sama. Jika ketidakpercayaan dari sisi Klien, ini bisa diselesaikan lewat konseling dan edukasi. Tetapi jika Dokter yang berbicara agak sulit untuk meyakinkan. Bagaimana pun, ODHIV harus me-manage semua keuangan agar tidak habis percuma hanya karena ketidaktahuan petugas medis di lapangan. Konfirmasi testing, apalagi jika membutuhkan waktu yang lama ( seperti di Kamboja dan Vietnam) merugikan tidak dari sisi keuangan tetapi juga keterlambatan pelayanan medis yang berbahaya bagi ODHIV.
Setelah makan siang dilakukan diskusi ” Cafe World” mendiskusikan tentang tantangan dan hambatan tentang Rapid tes baik dari sisi, Kebijakan, kualitas, Implementer dan aksessebility. stigma dan diskriminasi, tenaga medis dan konseling yang kurang terlatih, sistim monitoring, sustainability, layanan yang tidak ramah, centralisasi dan decentralisasi, masalah pendanaan, kebijakan yang belum berpihak pada penguna, dan lainnya menjadi diskusi yang seru.
Hari kedua: diskusi dengan metode yang sama bertujuan mencari solusi dari permasalahan. Banyak hal coba diutarakan masing-masing delegasi mulai dari; guideline yang harus di perbaharui, decentarlisasi di kelompok penguna ( Key of population) dengan perbaikan monitoring, peramahan di Provider, Training untuk semua provider, pelayanan berbasis komunitas, peer support sampai ada yang mengusulkan Study Tour ke negeri yang sudah berhasil. Di Akhir sesi di adakan photo bersama seluruh peserta.
Hari ketiga: diskusi dilakukan per negara. Hal ini di lakukan untuk membuat RTL di setiap Negara. RTL untuk Indonesia Bisa teman-teman lihat di lampiran. Dan akhirnya ditutup oleh Michael Wong dari USAID. Untuk teman-teman yang ingin melihat hasil RTL delegasi Indonesia saya lampirkan dalam email ini.
Di Positive Rainbow telah ada satu teman MSM yang viral load nya tidak terdeteksi setelah 2,5 tahun minum ARV. Ini berarti resiko menularkan ke orang lain juga sangat-sangat kecil ( sudah bisa ikut program PMTCT).
Dilaporkan oleh Arel – Koordinator Positive rainbow