Pengendalian infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu sasaran pembangunan di Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 menyebutkan bahwa target infeksi HIV baru pada tahun 2024 adalah 0,18 per 1.000 penduduk, jauh turun dari target 2018 sebesar 0,24 per 1.000 penduduk. Target ini sejalan dengan target global untuk mengakhiri epidemi HIV pada tahun 2030, yang dikenal dengan Three Zero, yang memasukkan Zero New Infections sebagai salah satu pilar utamanya.
Pencegahan infeksi HIV baru di Indonesia telah dilakukan dengan berbagai cara. Penciptaan kondisi yang kondusif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dilakukan secara terstruktur melalui berbagai media. Untuk populasi yang berisiko tinggi tertular HIV, sosialisasi dan pemberian materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). Kondisi materi tersebut juga dibarengi dengan upaya pengurangan risiko infeksi HIV, seperti pemberian terapi substitusi metadon dan jarum suntik steril kepada kelompok pengguna napza suntik dan membagikan kondom pada hubungan seksual berisiko.
WHO merekomendasikan terapi preventif/profilaksis menggunakan obat ARV yang dikenal dengan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) atau Profilaksis Pra-Pajanan sebagai bagian dari upaya edukasi komprehensif pencegahan yang telah dan sedang berlangsung. PrEP telah diterapkan di beberapa negara dan telah menunjukkan penurunan angka kejadian HIV. Pada konteks Indoensia, sejak tahun 2021 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) sudah mulai memperkenalkan penggunaan PrEP sebagai salah satu upaya pencegahan HIV melalui program percontohan di 21 distrik. Seperti komponen respon HIV lainnya, masyarakat memiliki peran kunci dalam implementasi PrEP. Peran ini menjadi semakin penting mengingat sasaran utama program PrEP di Indonesia adalah individu dengan risiko infeksi HIV yang cukup besar pada komunitas laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki Lainnya (LSL), perempuan pekerja seks dan kliennya, waria, pengguna narkoba suntik (IDU), dan pasangan serodiskordan.
Dalam upaya untuk mekasimalkan keterlibatan komunitas populasi kunci dalam pelaksanaan program PrEP. Perkumpulan Gaya warna lentera Indonesia (GWL-INA) sebagai salah satu organisasi pemberi bantuan teknis bagi komunitas populasi kunci telah membentuk fokal poin (pendamping) PrEP yang tersebar di 21 wilayah program PrEP di Indonesia. Selain memberikan informasi mengenai PrEP guna mendorong kelompok populasi kunci untuk mengakses PrEP sebagai salah satu pilihan pencegahan HIV. Fokal poin (pendamping) PrEP juga berperan dalam menjembatani kendala-kendala yang dihadapi oleh kelompok dampingan dalam mengakses PrEP melalui kerja-kerja advokasi di tingkat distrik. Pada periode April – Juli 2023, fokal poin PrEP telah melakukan penilaian melalui proses pemantauan berbasis komunitas terhadap 60 penyedia layanan PrEP di 21 distrik. Hasil pemantauan ini akan menjadi dasar bagi fokal poin dalam melakukan kerja-kerja advokasi di tingkat distrik untuk meningkatkan kualitas layanan PrEP di masing-masing distrik.
Menindaklanjuti hal tersebut, untuk mendukung dan memaksimalkan kerja-kerja fokal poin (pendamping) PrEP, GWL-INA pada Minggu – Selasa , 10 – 12 September 2023 melalui dukungan dari UNAIDS Indonesia melalui program “Strengthening Community Engagement” bermaksud mengadakan kegiatan “Lokakarya Lobby dan Advokasi Berbasis Bukti Bagi Fokal Poin (Pendamping) PrEP”.